News & Research

Reader

Rapor Merah Kinerja Antam (ANTM), Penyebabnya Terungkap
Wednesday, May 01, 2024       15:49 WIB

JAKARTA, investor.id - PT Aneka Tambang Tbk ( ANTM ) atau Antam membukukan kinerja kurang impresif pada kuartal I-2024. Penjualan dan laba bersih perseroan ambles. Biaya operasional juga jebol.
Merujuk pada laporan keuangan Antam kuartal I-2024 yang baru saja dipublikasikan, anggota BUMN  Holding Industri Pertambangan MIND ID itu mencetak penurunan penjualan sebesar 25,63% menjadi Rp 8,62 triliun dari Rp 11,59 triliun.
Laba kotor anjlok menjadi Rp 250 miliar dari Rp 2,84 triliun, laba sebelum pajak tergerus menjadi Rp 85 miliar dari Rp 2,11 triliun, dan rugi usaha Rp 491 miliar.
Alhasil, laba periode berjalan Antam terpangkas menjadi Rp 210 miliar pada kuartal I-2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,66 triliun. Penyebab utama performa emiten berkode saham ANTM tersebut kedodoran adalah biaya operasional.
Kas ANTM tekor hingga Rp 1,45 triliun untuk membiayai aktivitas operasi. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan mampu mengantongi kas bersih Rp 405 miliar dari aktivitas operasi.
Kerugian aktivitas operasi tersebut dikontribusi dari pembayaran kepada pemasok yang membengkak menjadi Rp 9,21 triliun dari Rp 8,43 triliun. Ditambah, penerimaan ANTM dari pelanggan turun menjadi Rp 8,94 triliun dari Rp 10,31 triliun.
ANTM juga tekor dalam membiayai aktivitas pendanaan pada kuartal I-2024. Kerugiannya mencapai Rp 1,1 triliun atau meningkat 335% dibanding kerugian pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 254 miliar.
Di sisi lain, perseroan mengantongi keuntungan dari aktivitas investasi senilai Rp 5 triliun. Perolehan tesebut melonjak 1.255% dari kas bersih yang diraih perseroan dari aktivitas investasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp 370 miliar.
Sederet catatan minor pada kuartal I tahun ini berujung pada longsornya laba bersih ANTM hingga 85% menjadi Rp 238 miliar dari Rp 1,66 triliun. Laba bersih per saham juga terpangkas menjadi Rp 9,92 atau terpaut jauh dari tahun sebelumnya Rp 69,21.
Sekretaris Perusahaan Antam ( ANTM ), Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan bahwa pada kuartal I-2024, perseroan masih dihadapkan pada kondisi geopolitik-ekonomi global yang penuh ketidakpastian, serta fluktuasi harga komoditas.
"Hal itu memacu aktivitas perdagangan spekulatif di pasar nikel global yang berdampak pada volatilitas penurunan harga nikel. Kondisi oversupply produk nikel kelas 2 (feronikel dan NPI) menyebabkan harga jual produk nikel kelas 2 turun," tulis Faisal dalam keterangannya, yang dikutip pada Rabu (1/5/2024).
Karena itu, kata Faisal, perseroan akan terus melaksanakan operation excellence berlandaskan good mining practice, sehingga diharapkan dapat berkontribusi optimal. Termasuk, melakukan inovasi dan efisiensi guna meningkatkan nilai tambah.
Produksi ANTM
Dari sisi produksi, ANTM melaporkan produksi bijih nikel ( unaudited ) sebanyak 1,44 juta wet metric ton (wmt) pada kuartal I-2024, yang akan diarahkan untuk memenuhi permintaan pasar domestik sebesar 1 juta wmt.
Terkait emas, ANTM membukukan total volume produksi ( unaudited ) emas dari tambang perusahaan sebesar 166 kg (5.337 troy oz). Volume penjalan logam emas pada kuartal I-2024 mencapai 7.112 kg (228.656 tro oz) atau mencapai 98% dari penjualan pada kuartal I-2023 yang sebesar 7,223 Tni.
Selanjutnya, ANTM mencatatkan volume produksi ( unaudited ) feronikel pada kuartal I-2024 sebanyak 4.789 ton nikel dalam feronikel (Tni) atau mencerminkan 88% dari capaian produksi pada periode sama tahun lalu sebesar 5.437 Tni.
Adapun pada bauksit, perseroan mencatatkan volume produksi ( unaudited ) sebesar 153 ribu wmt. Bauksit tersebut digunakan dalam produksi pabrik chemical grade alumina (CGA) Tayan dan penjualan kepada pihak ketiga.
Sejalan dengan strategi mengoptimalkan operasi pabrik CGA Tayan dan peningkatan volume penjualan produk-produk alumina, ANTM melalui anak usahanya, PT Indonesia Chemical Alumina, berhasil memproduksi sebanyak 24.753 ton alumina pada kuartal I-2024 atau naik 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 33.069 ton alumina.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM